Friday, December 09, 2005

Dan ternyata cinta yang menguatkan aku...

Sejenak sesaat setelah mendengar untaian lagu 'Ternyata Cinta"-nya PADI, saya sempat teringat oleh perkataan seorang teman bahwa ' Kalo aku gak cinta sama keluarga aku, gak tau deh apakah aku bisa bertahan kerja dengan tekanan yang bertubi-tubi ini".
Mungkin itu adalah salah satu alasan kenapa kita bisa bertahan, semua kembali karena alasan cinta. Tak peduli apapun alasanya, ada yang rela di perlakukan semen-mena, di perlakukan tidak adil, di buat merana ataupun di pandang sebelah mata.....dan mereka ikhlas dan kuat, semata-mata karena cinta.
Tanyakan kepada seorang ibu yang rela tidak tidur demi menjaga lelap buah hatinya, seorang ayah yang dengan ikhlas menjadikan kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala demi menghidupi anak istrinya, seorang kekasih yang ikhlas dalam kesetian serta memendam rindu guna menanti dengan penuh harap, seorang anak yang berjuang mati-matian untuk menaikan harkat martabat kedua orang tuanya, ataupun seorang teman yang rela terguyur hujan hanya untuk menjenguk sahabtanya yang tengah terluka. Semuanya mampu bertahan...semuanya kuat menanggung beban...semuanya rela tersudut kelu, semua karena cinta....apapun pandangan setiap orang yang menilai, tak perduli salah atau benar, mereka menjadi kuat dan menempuh semua resiko yang orang lain mungkin tidak akan pernah membayangkan.
Mungkin saya, anda kalian semua pernah mencicip dan merasakan bahwa beban yang begitu luar biasa berat dapat di pikul. Meski harus tertatih tatih, tersungkur lebam tapi dapat di singkirkan demi seorang yang tersayang, apakah itu keluarga, pasangan bahkan teman sekalipun.
Dan ternyata cinta yang menguatkan aku....
Dan ternyata cinta tulus mendekap jiwaku........

Thursday, December 08, 2005

I love you Ibu...


Usianya hampir 65 tahun, raut mukanya mulai banyak kerutan di sana sini. Namun satu hal, semangat juang dan hidupnya yang begitu tinggi tak lekang oleh guratan waktu.
Hanya dengan dua tanganya beliau mampu merawat keluarganya, meski tak seindah yang beliau bayangkan, namun aku tau, beliau sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa, bahkan lebih dari yang dia bisa.
Beliau mengajarkan aku bagaimana terus berjalan di keras bebatuan hidup ini. Beliau memberitahu bagaimana sesorang harus memiliki harapan untuk tetap bertahan. Dan Beliau menunjukan bagaimana menjadi diri sendiri lebih mengagumkan. Aku belajar tentang banyak hal, tentang menghargai orang dan hidup, tentang bagaimana sesuatu musti di perjuangkan, dan tau bagaimana ketika harus melepaskan semuanya. Belajar akan pengharapan yang tidak di harapkan.
Ada satu kejadian, di mana kala itu saya masih kanak-kanak pulang dengan membawa segala kemarahan karena nilai rapot saya merah semua. Dan beliau hanya bilang 'Marah saja tidak cukup. Kamu punya pilihan untuk terus marah dan larut dalam kemarahanmu. Atau kamu berkata 'Saya salah dan saya kalah kali ini, namun ini bukan berarti saya harus terhenti. Saya yakin, esok saya jauh lebih baik". Dan itu yang kerap mengikuti langkah saya sepanjang hidup, apapun tindakan saya, saya akan menanggung resikonya dan mengakui segalanya dengan ketulusan hati serta berjanji memperbaiki semaksimal mungkin. Dan di lain kesempatan, ketika saya memutuskan untuk keluar dari rumah dia cuma tersenyum sambil berkata 'Pulanglah ketika kamu lelah dan butuh penyembuh hati. Jangan pulang karena kewajiban kamu sebagai anak terhadap orang tuanya. Pulang lah jika memang kamu harus pulang. Ibu percaya dan kamu musti percaya, pintu rumah ini selalu terbuka untuk semua anggota yang mendiaminya. Keluarga dan rumah adalah tambatan hati kamu".
Mungkin tak ada hal yang bisa aku beri melebihi apa yang telah beliau ajarkan. Tak akan ada yang cukup. Dan tak akan ada ingatan yang lebih indah selain ingatan akan senyumanya, akan lelah wajahnya, akan celoteh-celoteh geramnya dan akan suara jiwanya ketika sedang menembang :
"Ilir-ilir, ilir-ilir, tandure wus sumilir. Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar. Bocah angon, bocah angon penekno blimbing kuwi lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot-iro. Dodot-iro, dodot-iro, kumitir bedah ing pinggir Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore. Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane "
Ahh Ibu....Tak akan lelah jiwa ini untuk membuat mu selalu tersenyum, untuk membasuh letih hatimu dan untuk melayanimu sekali lagi..dan lagi.
Buat G. Ngatminingsih, seorang ibu, teman, dan wanita yang mengaggumkan.
Slipi...dalam sebuah malam di mana Cintamu yang menguatkan aku untuk terus bertahan.
I love you Bu...

Wednesday, December 07, 2005

Segores paku...

Dalam sebuah kesempatan, mungkin kita pernah mendengar peng-analogi-an luka hati dengan paku yang di pakukan di tembok. Di mana ada seorang ayah yang menyuruh sang anak lelakinya memaku satu batang paku dipagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain. Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar. Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.
Namun apa yang di dapat??? Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Setiap kali berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar. Kita bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf atau menyesal,lukanya tetap akan tinggal.
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik. Orang-orang di sekitar kita, baik keluarga, teman, atau orang yang tidak kita kenal sekalipun, adalah perhiasan yang langka.Mereka bisa membuatmu tertawa dan memberi semangat. Bersedia mendenga, menunjang dan membuka hatimu. Maka, tunjukkanlah kepada orang-orang yang di sayangi betapa kau menyukai mereka, dan mampu menjaga hal yang paling rapuh...hati mereka.
Untuk itu, tengoklah sejenak sebelum kamu melakukan tindakan, atau-pun hendak mengucapkan kata. Bercerminlah setiap saat...hargailah mereka...apapun alasannya itu, berfikirlah apakah mereka bertanggung jawab atas tindakan yang menyakitkan?? Kalau kita memang menyayangi mereka, saya yakin bahwa kita akan berfikir 999,999,99 kali untuk tidak menyakiti orang yang kita sayangi. Saya percaya itu....dan itu mudah karena di landasi rasa sayang kita kepada orang-orang terkasih. Karena saya belajar, bahwa saya harus bertanggung jawab dengan apa yang telah saya perbuat, tidak peduli bagaimana perasaan saya...dan saya juga belajar, meskipun saya punya hak melakukan apapun bahkan dalam bentuk kemarahan sekalipun, bukan berarti saya dapat melakukan sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang lain... terutama perasaan orang yang saya sayangi.

Tuesday, December 06, 2005

.....Psssttttt

#Bukan....bukan seperti itu!!
*Apa yang kamu mau...cuma ini yang ada di diriku...
#Aku tau kamu telah berusaha sebaik mungkin, namun iam just feel nothing...it's feel empty
*Lalu apa yang harus aku lakukan...aku mencintaimu lebih dari kau tahu
#Biarkan aku sesaat...menikmati waktu ku...menggelinding di atas panas kasar aspal...menyusur lembab tanah basah...atau hanya sekedar menghirup kumparan angin senja....mencari berat pengisi ruang.
*Aku tak kuasa....namun apa yang bisa aku lakukan. Aku mencintaimu...
#Aku tau itu...aku juga mencintaimu, tapi....kamu belum mampu menahan laju hati ini...

Diam sesaat, menyesap hampir separuh putaran waktu

*Cuma ini yang bisa aku beri...
#Cuma ini yang bisa aku pertahankan...
*Aku tak bisa menahanmu lebih lama, yang kamu butuhkan tidak semuanya ada di diri ini...
#Yang ku butuhkan hanya kamu...tapi tidak sekarang...
*Aku akan terus menanti, biar lepas runtuh sayap-sayap ini..selama aku masih bisa melihat senyum itu
#Tunggulah...hingga waktu benar-benar mengganti apa yang telah aku lewatkan
*Aku hanya bisa menunggu....
#Aku tau itu....aku tau betapa besar cintamu...tapi....
*Pssttttt...jgn teruskan...aku tau...
#Tunggulah hingga di dasar keterbukaan mu...
*Kembalilah ketika kamu siap...
#Aku tau aku melewatkan moment terindah...yaitu dirimu...jangan pernah pergi!! Aku akan datang, tapi tidak hari ini, esok atau lusa...namun aku akan kembali padamu.


Kembali diam...sengau angin sore menerpa....hanya nampak seorang pria tua tengah berbincang dengan sebuah motor-nya

What do you like to choose? Sex or chocolate??

What do you like to choose? Sex or chocolate?? huaa..ha...haa..hmmmmm, mungkin banyak yang akan berkata "I Choose for the S-E-X.
Namun ada kesamaan antara sex dengan coklat...sama-sama akan membuat kita addicted. Sensasi rasanya yang begitu luar biasa ketika senyawa itu mulai meleleh, begitu lembut, indah dan mengajak untuk terus..dan terus..dan terussss....hingga ketika sampai pada gigitan terakir, kita tak akan pernah sadar kalau apa yang kita rasakan hampir saja usai. Well, the same sensation also with s-e-x. Membuat tiap orang ingin terus dan terus mengulangi kembali lilitan sensasi keindahanya.
Dan keduanya juga tertuju kepada satu kesamaan yang signifikan...yaitu 'RASA'. Kembali ke titik awal indra penikmat sejumlah kenimkatan adalah rasa. Sex adalah rasa...coklat juga adalah rasa. Dan tentunya tiap rasa yang satu berbeda dari yang lain. Dan sang pembuat rasa adalah kita, sang penikmat, bagaimana harus memperoleh sereguk rasa itu??? Jawabnya......dari hati dan perasaan yang menyatukan semua itu sehingga membentuk menjadi sebuah kenikmatan yang luarrrrr biasa.
So...what do you like to choose? sex or chocolate? Well, are you sure to pick S-E-X for the answer??
hmmmmm sound's good...... :)
Masikah kamu menyimpan rasa "coklat"
yang aku beri semalam dear???

Itulah kamu....

Dalam cawut mawut pikiran gundah yg memenjara sejuta akal sehat.
Di balik sela-sela hati yang murung karena lelah menapak.
Di senggang perih amarah rasa kecewa dan kegelisahan jiwa.
Iyaa.....di situ...benarrr...tepat di selubung relung yang paling dalam, melebur ke dalam tiap denyut sel-sel darah, menyeruat muncrat keluar bagai butir-butir keringat yang meleleh dari kelopak pori-pori kulit.
Senyuman-mu...
Dedicated to 'AS'
Thx for the whole things...

Brand New Life

Di penghujung terakir tahun 2005 ini,well..mungkin tahun ini bukanlah tahun terbaik-ku. But most of all, i appriciated this year. Banyak hal yang membuat saya terpuruk namun malah membuat saya makin memaknai dan mewarnai hari hari saya.
Dan di tahun ini pula saya menemukan teman yang telah lama saya cari. Teman yang mengajarkan saya banyak hal tentang hidup, bahwa perjuangan bukan hanya sekali saja, tapi terus dan terus. 'Win The Battle', ucapnya ketika suatu kali saya tengah berputus asa.." Tuhan Lebih dekat dari urat nadi mu sendiri ", imbuhnya. Dan saya hanya tersenyum, mendapati betapa daya juang hidupnya yg begitu tinggi. Mengingatkan saya kembali, bahwa saya juga punya semangat semacam itu. Dan semakin sulit semakain kuat dia mencoba untuk terus bertahan..
Hal di atas adalah salah satu contoh, betapa di balik apa yang telah terjadi di tahun ini, saya percaya ada banyak runtutan runtutan peristiwa yang menghantarkan saya secara magis untuk jauh menghargai hidup dan tahun ini. Bahwa semesta menjaga masing-masing ion-ion di dalamnya dalam sebuah keterikatan..dalam sebuah keteraturan.
Saya, anda bahkan kerlip bintang di atas sana memiliki satu tujuan khusus. Bahwa kita hidup untuk memaknai hidup itu sendiri. Hmmmmm, saya percaya di balik apa yang telah terjadi di tahun ini adalah tahun yang jauh lebih baik.....hanya saja "mungkin saya yang masih belum memahaminya."
Right in the center of the universe :)
Dec 5 2005

Baca tulisan cinta berikutnya :



Widget by Hoctro
ditambahkan oleh koeaing!

Sapa Cinta


View My Stats

Gulungan film Favorit Rudy

Sabar lagi loading...
Sabar lagi loading...

Tak temukan cinta disini ? Kenapa tidak mencoba mesin cinta yang ini :

Google