"M, temenin gue ke pameran photo yuk?"
"Boleh, photographernya siapa?"
"A-aliff"
Ke' terdiam setelah menjawab itu.
"Dan lo dah get over it kan?"
Ke' masih saja diem tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
"Gue paham kok kalau lo masih punya perasaan seperti itu, Ke"
"Yahh, gak tau, M. Bingung. Tapi lo mau kan temenin gue?"
Gue mengangguk sambil meluk Ke'.
***
Sampailah kita di pameran photography tersebut. Dan kali ini bukan hanya gue dan Ke'. Tapi dengan anak-anak mertilang lainnya.
"Ehhh tuh si Alif", tunjuk Ki ke ujung kanan ruangan ini.
"Samperin gih, tunjukin kalau Lo fine without him"
Ke' yang baru saja mau melangkhakan kakinya, tiba-tiba...
"Anjrit, itu kan si Bardy"
"Bardy who?", tanya Bee.
"Bardy itu yang deket sama dia, Bee", jawab Ke'.
"Deket? pacar?", tanya Iko polos.
"What so ever namanya. Intinya tuh laki sekarang jadi gundiknya", jelas gue berapi-api.
"Gundik?", Iko kembali bertanya.
" Alif kan dah punya bini, yah apa lagi sebutan si Brady selain gundik?"
"Ohhhhh...i see..isee...", akhirnya Iko mencapai pada satu pemahaman yang sama.
Dan mata kita gak lepas memperhatikan setiap gerak gerik Alif, istrinya dan Bardy. Dan dengan keisengan tingkat wahid, Bee mengeluarkan DIGICAM barunya. Dan cLik..clik..clikk...semua terekam dalam gambar.
"Guys, cabut yukkk", ajak Ke'.
"Yakin??? kan ada mantan tersayang yang sampai detik ini masih cinta?", gurau Ki cengegesan.
"Basi lohh. Cabut yuk!", Ke' sebel mendengar becandaan Ki.
***
Sesampainya di mertilang, Bee langsung meng up load hasil mata kameranya. Dan dengan semangkok pop corn kita menganalisa semuanya.
"So how do you fee, Ke'?", tanya Gue.
"Hmmmm, lu bener, M!"
"Dulu gue gak pernah nyadar soal ini. Gue kesian ngeliat bininya"
"Thats the point, Ke'. Dulu gue coba kasih pandangan ke elo soal ini. Sah-sah aja sih lo macarin suami orang. Tapi, pernahkah kita berfikir sedetik aja? Berfikir bahwa ada orang lain menunggu di cintai dengan gtulus, yaitu istrinya", jelas gue.
"Tapi kalau dia terpaksa gimana, M?", tanya Iko.
"Booo, gak ada istilah kata terpaksa. Ya dan Tidak. Apapun alasan itu, lo gak berhak menarik hak hidup orang lain untuk nutupin masalah lo. Lo gak mikir kalau istrinya itu tulus mencintainya, tp apa yang di dapet? Eh suaminya masih aja kecimpringan sana sini sama laki-laki", lanjut gue.
"Iya sih, kok gue ngebayangin si istrinya hanya sebagai pemanis sosial aja. Taplak meja yang bersulam emas untuk menutupi rusaknya sebuah meja", timpal Bee.
"Karena itu, apakah layak cewek yang dengan tulus dan setia di perlakukan seperti itu??!! Perempuan-prempuan itu lebih berhak mendapatkan lebih dari sekedar pajangan sosial doang", gue ngoceh sambil mulut gue terus mengunyah pop corn.
"Lo milih, lo terima konsekwensinya. Lo gak bisa berada di garis abu-abu. Lo gak berhak swing both ways...jangan gila doongg booo!!", Bee dengan nada sinisnya.
"Hmm lo liat di sini, jelas-jelas dia gak menghargai perempuan. Heyyy, nyokap kita perempuan kan? kita punya saudara perempuan juga, kan? how does it feel kl kalian tau suami atau ayah dari perempuan terdekat kita ternyata memiliki gundik laki juga?", Bee mulai makin meracau.
"Apapun alasaanya, kita gak berhak memperlakukan perempuan seperti itu, kan M", Iko menimpali.
Gue tersenyum.
"Dan gue percaya, kalian bisa menentukan pilihan juga. Ikut masuk atau justru berada di luar lingkaran tatanan tersebut", lanjut gue.
"Sama halnya kita memilih menjadi Gay berbudi luhur atau gay berbulu domba..hahahahahah", Bee tertawa.
***
Kembali gue melihat photo yang di ambil Bee tadi. Sebuah foto yang memampang istrinya Alif-Alif dan Bardy dalam satu frame. Di sana terlihat tangan kanan Alih memegang erat tangan istrinya, sedangkan tangan kanannya merangkul pinggang Bardy.
Pffhiuhhhh...kadang kita terperangkap dalam sebuah pertunjukan yang membuat kita memaksa harus sempurna. Meski harus mengorbankan orang lain untuk sekedar menutupi ketidak sempurnaan kita. Mejadikan mereka sebuah pajangan manis sebagai mantel sosial kita. Yang dengan menakjubkannya memberikan sebuah tontonan betapa hebatnya peran kita di tengah sosial. Tanpa mereka tahu...ada jiwa yang terisak setiap malamnya. Tanpa mereka tahu, perasaan itu tak akan cukup untuk sekedar di belah menjadi dua bagian sama persis.
Gue hanya tersenyum dan seketika meng-klik tanda silang di ujung kanan untuk menutup photo tersebut. Sayup-sayup gue mendengar lagu Take a bow-nya Rihana megalun sendu...
But you put on quite a show, Really had me going
But now it's time to go, Curtain's finally closing
That was quite a show, Very entertaining
Oh, And the award for The best liar goes to you (goes to you)
For making me believe (that you), That you could be faithful to me
Let's hear your speech, Oh....