Thursday, April 13, 2006

Tangan itu....

Aku kangen tangan itu, sepasang tangan berkeriput luruh di sekujurnya.
Tangan yang selalu memegang kokoh ketika aku lunglai berdiri; tangan yang selalu terbuka ketika aku meminta damai peluknya; tangan yang selalu berada di atas ketika aku butuh pertolongan jiwa.

Aku kangen tangan tua itu...
sepasang tangan yang dengan tangan kirinya mencambuk jiwa ketika aku terpuruk sambil tangan kanannya menarik kuat saat aku mulai tenggelam dalam gelap malam; sepasang tangan yang dengan tangan kanannya menyeka air mata hati sedangkan tangan kirinya mendorong diri agar terus dapat berlari memburu pelangi; sepasang tangan yang dengan ikhlas melambai melepas laksana bujur panah ketika aku harus berjalan mencari dunia luar dan dengan hangat melambai menuntun ketika aku tertatih mencari jalan pulang.

Aku....aku hanya ingin mencium sepasang tangan itu, karenanya aku mampu berdiri tegak menghalang udara malam; karenanya aku belajar menapaki tajam kerikil dunia; karenanya aku mampu menjadi diriku dan berteriak lantang menyongsong dunia.

Meski kedua persendianmu di gerogoti pelapukan masa, meskipun keropos tulang membuatmu tak lagi mengenggam dengan erat, dan meskipun usia membuatmu mulai memijit-mijit buku-buku jemarimu, namun di luar keterbatasan itu, aku masih terus merasakan aliran deras butir-butir doa menerjang legam takala sepasang tangan itu membuka meminta cinta sang Maha Kuasa untuk anak-anaknya....

Aku kangen belaian tanganmu 'bu......


I miss u so much....aku akan pulang esok lusa

Monday, April 10, 2006

Pahatan Rindu

Ku pahat bayang dirimu dengan sekatup lamunan diri.
Senyumu ku ambil dari rekah kemuning pagi;
Matamu ku petik dari kerling rembulan di bulan juni;
Gugusan gemintang kurangkai menjadi indah lesung pipimu;
Dan aku pintal tujuh pelangi mewarna guna menyulap hidungmu;
Terakhir, Kilau serbuk bintang jatuh akan membedaki pahatan rindu ini.....

Slipi, beyond the limit that how much i miss u....

Rumah.....

Pada sebuah senja, di balik sebuah bukit terjal, ada sebuah rumah yang begitu menarik perhatianku.
Sebuah rumah mungil dengan pagar putih yang di rajut dari rasa sayang tiap penghuninya, dengan hamparan rerumputan hijau yang di tanam dengan benih cinta yang begitu melekat.
Rumah dimana tepat di depanya terdapat sebuah daun pintu yang selalu terbuka dan memeluk hangat ketika salah satu penghuninya merasa lelah, dan di tiap sisinya memiliki daun jendela yang tanpa perlu di minta akan selalu mendengar tiap keluh kesah hidup.
Tepat di atasnya ada sebuah anyaman rumbai tanggung jawab yang melindunginya dari sengatan tajam sinar mentari.
Aku tersenyum miris, seolah tak percaya bahwasanya masih ada sebuah rumah yang menyimpan hati tiap insan di dalamnya dengan begitu lekat, sebuah rumah yang tidak memperdagangkan cinta dan sayangnya dengan meng-atas-namakan pada karier ataupun materi. Sebuah rumah yang tidak berlomba lomba memberi hanya untuk menancapkan kuku kesombonganya. Sebuah rumah yang tidak pernah meminta akan sebuah harga....Dan itu terdapat pada sebuah rumah mungil di balik bukit terjal pada sebuah senja....pada sebuah senja...

Baca tulisan cinta berikutnya :



Widget by Hoctro
ditambahkan oleh koeaing!

Sapa Cinta


View My Stats

Gulungan film Favorit Rudy

Sabar lagi loading...
Sabar lagi loading...

Tak temukan cinta disini ? Kenapa tidak mencoba mesin cinta yang ini :

Google