"Dress Code in White", begitu tertulis di sudut bawah undangan tersebut.
'Jadi kalo yang gak pake baju putih gak boleh datang yah???" tanya salah satu teman di ujung telepon genggamnya.
"Ya gak boleh dong , untung ini cuma soal warna, kalo dress code-nya di batasi dengan salah satu international brand, matilah gw!!"jawab temanya lagi.
" Gilaaaaaaaaa....!! Itu kan cuma pembukusnya saja, bukankah yang lebih penting itu adalah doa dan ucapan selamat para tamu??!!" tanyanya lagi dengan sedikit geram
"Darling, jaman sekarang batasan doa dengan pride itu beda tipis, sama halnya loe nanya apa loe masih perawan apa nggak sekarang???"
Masih ingat dalam ingatan saya, bahwa sebuah pembungkus raga itu harusnya adalah sesuatu yang cukup sopan dan cukup menutupi lekuk-lekuk tubuh. Namun rasanya, pemikiran itu sudah sangat konservatif sekali, terutama di kota-kota urban seperti ini.
Sebuah pembungkus raga harus bertema!!!
"Yup...yang itu. Saya minta yang coklat Dior itu mbak" pinta seoarang teman kepada pelayan toko itu.
"Pssttt...berapa harga sewanya??" tanya teman di sebelahnya sambil berbisik pelan.
"Lumayanlah, dari pada gw harus nambah tagihan kartu gue puluhan juta untuk satu acara cocktail nanti, lebih baik gue nyewa deh"
"Jadi elo itu gonta ganti tas tiap ada party itu selalu nyewa? Bukanya punya elo sendiri??"tanyanya lagi sambil di ikuti anggukan temanya.
"Darling, syang penting adalah tampilan luar, masalah mau elo ngutang, nyewa atau apa kek, Not Big Deal. Sing penting 'wah' jueng" jawab teman-nya ngeloyor ke kasir dengan tas cokalt Dior sewaan-nya itu.
Ahh...bagaimana bisa sebuah penunjukan diri harus di maknai dengan hal hal bodoh seperti itu. Saya juga pecinta keindahan,namun bukankah pemikiran pemikiran untuk nampak terlihat 'wah' tapi melampaui kemampuan pribadi diri itu jauh lebih penting ???
Mungkin saya bukanlah seoarang penceramah yang baik, namun, bukankah hal indah ketika kita juga memiliki segala ssuatunya dengan teramat pas, tidak berlebih maupun tidak kekurangan. Dan keberanian untuk mencintai diri sendiri, apa adanya...itulah kunci untuk bisa bertahan menangkis tiap kepak-kan dan dentuman pengaruh urbanisasi.
"Nobody knows darling??!", celetuk seorang teman ketika saya mengungkapkan hal itu. 'Jaman sekarang, loe musti kayak bunglon..bisa ikutin ritme gaya hidup, apalagi loe tinggal di kota besar". celotehnya lagi. 'kalo jaman dulu loe bisa dengan lantang menyebut beauty, brain and behavior. Sekarang dah gak jaman...BEAUTY, BRAND and BE-HAVE itu yg tepat sekarang".
"Tapi.....Its also Not big deal too selama menjadi jati diri sendiri tanpa harus menggunakan tema-tema yang tidak masuk akal tersebut. Begitupun juga, hal itu tidaklah penting juga ketika keriaan tertunda untuk sesaat, selama kita nyaman dengan pembungkus diri kita....menjadi diri sendiri"jawabku
"Ohhhh...what a shallow....!!"geloyornya sambil tersenyum sinis
Dari balik dentum keras, di ujung coffee table sambil menikmati alunan Kei kobayoshi.
Thursday, August 09, 2007
Fabalous 30's ,Keriaan yang tertunda...
Posted by Rudyprasetyo at 8:39 AM 2 comments
Subscribe to:
Posts (Atom)
Sapa Cinta
Gulungan film Favorit Rudy
Sabar lagi loading...
Ahmadenijad
|
Pramudya Ananta Toer
|
Life is beautiful
|
Children of heaven
|
Jerry Maguire
|
Jalaludin Rumi
|
Poem Reading
|
Sabar lagi loading...