Thursday, December 08, 2005

I love you Ibu...


Usianya hampir 65 tahun, raut mukanya mulai banyak kerutan di sana sini. Namun satu hal, semangat juang dan hidupnya yang begitu tinggi tak lekang oleh guratan waktu.
Hanya dengan dua tanganya beliau mampu merawat keluarganya, meski tak seindah yang beliau bayangkan, namun aku tau, beliau sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa, bahkan lebih dari yang dia bisa.
Beliau mengajarkan aku bagaimana terus berjalan di keras bebatuan hidup ini. Beliau memberitahu bagaimana sesorang harus memiliki harapan untuk tetap bertahan. Dan Beliau menunjukan bagaimana menjadi diri sendiri lebih mengagumkan. Aku belajar tentang banyak hal, tentang menghargai orang dan hidup, tentang bagaimana sesuatu musti di perjuangkan, dan tau bagaimana ketika harus melepaskan semuanya. Belajar akan pengharapan yang tidak di harapkan.
Ada satu kejadian, di mana kala itu saya masih kanak-kanak pulang dengan membawa segala kemarahan karena nilai rapot saya merah semua. Dan beliau hanya bilang 'Marah saja tidak cukup. Kamu punya pilihan untuk terus marah dan larut dalam kemarahanmu. Atau kamu berkata 'Saya salah dan saya kalah kali ini, namun ini bukan berarti saya harus terhenti. Saya yakin, esok saya jauh lebih baik". Dan itu yang kerap mengikuti langkah saya sepanjang hidup, apapun tindakan saya, saya akan menanggung resikonya dan mengakui segalanya dengan ketulusan hati serta berjanji memperbaiki semaksimal mungkin. Dan di lain kesempatan, ketika saya memutuskan untuk keluar dari rumah dia cuma tersenyum sambil berkata 'Pulanglah ketika kamu lelah dan butuh penyembuh hati. Jangan pulang karena kewajiban kamu sebagai anak terhadap orang tuanya. Pulang lah jika memang kamu harus pulang. Ibu percaya dan kamu musti percaya, pintu rumah ini selalu terbuka untuk semua anggota yang mendiaminya. Keluarga dan rumah adalah tambatan hati kamu".
Mungkin tak ada hal yang bisa aku beri melebihi apa yang telah beliau ajarkan. Tak akan ada yang cukup. Dan tak akan ada ingatan yang lebih indah selain ingatan akan senyumanya, akan lelah wajahnya, akan celoteh-celoteh geramnya dan akan suara jiwanya ketika sedang menembang :
"Ilir-ilir, ilir-ilir, tandure wus sumilir. Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar. Bocah angon, bocah angon penekno blimbing kuwi lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot-iro. Dodot-iro, dodot-iro, kumitir bedah ing pinggir Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore. Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane "
Ahh Ibu....Tak akan lelah jiwa ini untuk membuat mu selalu tersenyum, untuk membasuh letih hatimu dan untuk melayanimu sekali lagi..dan lagi.
Buat G. Ngatminingsih, seorang ibu, teman, dan wanita yang mengaggumkan.
Slipi...dalam sebuah malam di mana Cintamu yang menguatkan aku untuk terus bertahan.
I love you Bu...

3 comments:

Anonymous said...

boeng, kirimkeun ik poenja salam samah koweorang poenja mamie poen....

Unknown said...

kebijaksanaan pemikiran ibumu bener - bener mengena ya rud, semua keputusan beliau justru membuat anak - anaknya terdidik untuk tahu jalan mana yang harus dipilih

Rudyprasetyo said...

Mungkin beliau cuma sekedar perempuan biasa yg berusaha menyederhanakan tiap pikiranya....anyway..thx yah Fit, zen...ntar ta' salamin ke nyokap

Baca tulisan cinta berikutnya :



Widget by Hoctro
ditambahkan oleh koeaing!

Sapa Cinta


View My Stats

Gulungan film Favorit Rudy

Sabar lagi loading...
Sabar lagi loading...

Tak temukan cinta disini ? Kenapa tidak mencoba mesin cinta yang ini :

Google