Dalam sebuah kesempatan, mungkin kita pernah mendengar peng-analogi-an luka hati dengan paku yang di pakukan di tembok. Di mana ada seorang ayah yang menyuruh sang anak lelakinya memaku satu batang paku dipagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain. Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar. Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.
Namun apa yang di dapat??? Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Setiap kali berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar. Kita bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf atau menyesal,lukanya tetap akan tinggal.
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik. Orang-orang di sekitar kita, baik keluarga, teman, atau orang yang tidak kita kenal sekalipun, adalah perhiasan yang langka.Mereka bisa membuatmu tertawa dan memberi semangat. Bersedia mendenga, menunjang dan membuka hatimu. Maka, tunjukkanlah kepada orang-orang yang di sayangi betapa kau menyukai mereka, dan mampu menjaga hal yang paling rapuh...hati mereka.
Untuk itu, tengoklah sejenak sebelum kamu melakukan tindakan, atau-pun hendak mengucapkan kata. Bercerminlah setiap saat...hargailah mereka...apapun alasannya itu, berfikirlah apakah mereka bertanggung jawab atas tindakan yang menyakitkan?? Kalau kita memang menyayangi mereka, saya yakin bahwa kita akan berfikir 999,999,99 kali untuk tidak menyakiti orang yang kita sayangi. Saya percaya itu....dan itu mudah karena di landasi rasa sayang kita kepada orang-orang terkasih. Karena saya belajar, bahwa saya harus bertanggung jawab dengan apa yang telah saya perbuat, tidak peduli bagaimana perasaan saya...dan saya juga belajar, meskipun saya punya hak melakukan apapun bahkan dalam bentuk kemarahan sekalipun, bukan berarti saya dapat melakukan sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang lain... terutama perasaan orang yang saya sayangi.
2 comments:
Bener bro.... gw stuju ama lo... soalnya hatiku juga kayak gitu... tapi bukan aku yang menjadi anak kecil itu, tapi aku adalah pagar itu sendiri.
hurt yah...but all the paint could make u more stronger bukan..
BUkankah pil/obat itu pahit?? namun ia mampu menyembuhkan luka..
salam hangat doohan
Post a Comment