Thursday, January 05, 2006

Skenario...

Aku tahu aku tengah memilih jalan yang seharusnya tidak aku lewati, dan aku tahu aku punya pilihan akan itu. Namun aku tetap memilih untuk melewatinya.
Suatu kali aku pernah berkata padamu, 'Ketika aku sangat mencintaimu, aku seperti seorang anak kecil yang tengah menggengam erat sebongkah kue di dalam telapaknya, dan begitu eratnya karena aku tak mau satu orangpun mengambilnya, namun apa yang ku dapat......aku menghancurkan kue itu di telapak tanganku'. Dan itu terus terjadi.
Namun kau hanya menjawab 'Turunkan ekspetasi kamu akan keinginan memilikiku"
Bagaimana mungkin menurunkan rasa yang dengan susah payah ku bangun dengan dasar kasih yang besar??
Bagaimana mungkin sebuah rumah indah yang akan terus aku pugar halamnya harus di hentikan dan di rubuhkan???
Bukan itu.....
Malam itu, entah dari mana keberanian itu datang, apakah mungkin dari rasa lelahku atau titik kulminasi yang begitu tinggi hingga sudah tak tertahan di bendung untuk memiliki mu secara utuh, kata itu terucap..meluncur bagai muntahan bola saju.
* Aku hanya tidak ingin memandang awan biru dengan sesorang yang tidak tau kapan ia harus menepi.
* Aku tidak ingin menikmati rasa sepiku dengan orang yang terus berlari.
* Dan aku hanya tidak ingin menjemput pagiku dengan sesorang yang tidak bisa memberikan keyakinan utuh.
Mungkin ini saatnya, aku harus mengubah skenario indah ini. Ada bagian dialog yang seharusnya tidak terucap, ada beberapa setting yang tidak cocok untuk beberapa adegan, dan ada pemain-pemain yang seharusnya tidak di ikut sertakan.
Aku merubah skenario ini...karena akulah aktor sekaligus editor naskah atas peran hidupku. Dan aku tau sampai di mana sebuah cerita musti di gubah, musti di hilangkan atau musti di tutup sekalipun. Karena aku hanya ingin cerita ini terus berjalan terus meski aku harus kehilangan peran utama sebagai pendampingku.
Dalam suatu kesempatan kamu berkata "Berjuanglah atas nama cinta, berjuanglah demi kita berdua".
Aku hanya bisa terdiam kelu. Bukankah aku sudah terlalu lelah untuk terus berjuang namun tujuan yang aku cari terus bergerak maju meninggalkanku....
"Aku akan menunggumu...."jawabmu baru-baru ini.
Dimanakah dirimu ketika aku menayakan hal yang sama dahulu.....
Aku bukanya tidak mau berjuang, aku sudah cukup...aku sudah cukup untuk terlalu kuat dan sabar....aku sudah cukup untuk terlalu takut....aku sudah cukup untuk dirimu...dan aku tidak akan pernah bisa untuk kembali
Kini, aku merasa bahwa kita tetap berada dalam satu ayunan meski di dalam tapak langkah yang berbeda. Kita masih tetap beralaskan tanah yang sama meski harus berpayung awan yang berbeda pula. Dan kita masih dalam ikatan yang lebih dari kasih, sayang dan cinta, jauh dari segala macam stempel dan label yang membuat kita saling menancapkan hak kepemilikan dan mencakar-cakar penuh luka. Kita lebih dari itu....dan kamu tau itu....
Kamu harus mengerti, bahwa kini aku tengah berjalan mencari awan biruku..mencari langit snejaku dan menemui sinar pagiku...sendiri tanpa harus ada dirimu di sampingku.
Dan semoga kamu juga mendapati langit birumu.....

0 comments:

Baca tulisan cinta berikutnya :



Widget by Hoctro
ditambahkan oleh koeaing!

Sapa Cinta


View My Stats

Gulungan film Favorit Rudy

Sabar lagi loading...
Sabar lagi loading...

Tak temukan cinta disini ? Kenapa tidak mencoba mesin cinta yang ini :

Google