"Gilaaakkkk, gue pikir lo jadian sama Dandy?",
teriak gue ke Ke' yang barusan cerita dia akan ngedate dengan orang lain yang baru gue kenal juga.
"Trus Albert di kemanain?"
Ke' malah senyum-senyum denger pertanyaan gue.teriak gue ke Ke' yang barusan cerita dia akan ngedate dengan orang lain yang baru gue kenal juga.
"Trus Albert di kemanain?"
"Im looking the right one!", jawab Ke' cengengesan sambil menstarter motornya dan lenyap dalam hitungan menit dari hadapan gue.
Dan gue masih aja bengong dengan ucapan terakhir Ke', "Im looking the right one"
Ada beberapa alasan kenapa Ke' atau orang lain merasa belum cukup dengan apa yang mereka temui.
....Alasan karena memang belum clik banget, yang kalau di jabarkan adalah :
- Merasa bisa dapet lebih dengan apa yang ada di dirinya.
"Im still 26, wajar doong kalau gue ngarep lebih dari si Oddie yang cuma staff call center?? Lagian gue juga punya kans lebih kan", ucap Kiki suatu ketika.
"Bukan mimpi dong kalau gue bisa dapetin fisik dan sifat yang baik dalam satu paket", Iko menimpali.
"Salah gue kalau gue nyari yang setidaknya sepadan dengan diri gue? bukan cuma kepedaan gue aja, tp its real...", imbuh Bee.
"Bukan mimpi dong kalau gue bisa dapetin fisik dan sifat yang baik dalam satu paket", Iko menimpali.
"Salah gue kalau gue nyari yang setidaknya sepadan dengan diri gue? bukan cuma kepedaan gue aja, tp its real...", imbuh Bee.
Sering gue mikir kalau ada sebuah kalimat yang menggantung dari pertanyaan mereka di atas. Yaitu penerimaan akan sebuah arti keberadaan akan sesorang di samping kita. Gue sendiri juga gak menampik untuk mendapatkan sesorang yang 'Ideal' di mata gue. Tapik balikk lagi, komunitas dan lingkup cong itu sangat minoritas. Ditambah dengan persaingan yang makin membludak pula, jadi apa unsur 'Ideal' benar-benar bisa di terapkan??
Ok, kalau ada yang mikir "Karena minoritas, kita harus cari yang benar-benar 'The One". Tapi kalau di telisik balik lagi, karena minoriotas itu pula, kita akan kehabisan stock kalau sekedar menggilir semua persediaan yang ada. Karena kita gak akan pernah tau sedetik kedepan segalanya akan seperti apa. Bisa baik, bisa pula buruk, semua tergantung bagaiaman hati kita menerima kehadiran seseorang.
Sama halnya dengan hari ini, gue ngeliat Bee di depan Notebooknya dengan wajah bengong bodohnya memandang sebuah profile di account FB-nya.
"Coba seandainya gue jadian sama Izar, ya? Sekarang dia sukses dan fabulous banget!", sesal Bee
"Izdar yang chubby dan kerja di toko retail itu? Yang anaknya baik itu kan??? " tanya gue yang di jawab anggukan kecil Bee.
"Dia punya toko sendiri sekarang. Dan liat deh, badannya jadi banget", Bee seperti nelangsa.
"Waktu gak bisa di beli, waktu cuma bisa dipelajari, Bee", bisik gue sambil mengelus pundak Bee.
"Kita gak pernah tau apa yang akan terjadi kedepan. Is he the Right one? gue juga gak bisa jawab dengan keyakinan 100%. Tapi gue percaya, hati akan membawa kita pada sosok sempurna justru dengan segala kekurangannya", lanjut gue tersenyum ke arah Bee.
0 comments:
Post a Comment