Wednesday, March 10, 2010

Is he The one???

"Gilaaakkkk, gue pikir lo jadian sama Dandy?",
teriak gue ke Ke' yang barusan cerita dia akan ngedate dengan orang lain yang baru gue kenal juga.

"Trus Albert di kemanain?"
Ke' malah senyum-senyum denger pertanyaan gue.

"Im looking the right one!", jawab Ke' cengengesan sambil menstarter motornya dan lenyap dalam hitungan menit dari hadapan gue.

Dan gue masih aja bengong dengan ucapan terakhir Ke', "Im looking the right one"

Ada beberapa alasan kenapa Ke' atau orang lain merasa belum cukup dengan apa yang mereka temui.
....Alasan karena memang belum clik banget, yang kalau di jabarkan adalah :
- Merasa bisa dapet lebih dengan apa yang ada di dirinya.

"Im still 26, wajar doong kalau gue ngarep lebih dari si Oddie yang cuma staff call center?? Lagian gue juga punya kans lebih kan", ucap Kiki suatu ketika.

"Bukan mimpi dong kalau gue bisa dapetin fisik dan sifat yang baik dalam satu paket", Iko menimpali.

"Salah gue kalau gue nyari yang setidaknya sepadan dengan diri gue? bukan cuma kepedaan gue aja, tp its real...", imbuh Bee.

Sering gue mikir kalau ada sebuah kalimat yang menggantung dari pertanyaan mereka di atas. Yaitu penerimaan akan sebuah arti keberadaan akan sesorang di samping kita. Gue sendiri juga gak menampik untuk mendapatkan sesorang yang 'Ideal' di mata gue. Tapik balikk lagi, komunitas dan lingkup cong itu sangat minoritas. Ditambah dengan persaingan yang makin membludak pula, jadi apa unsur 'Ideal' benar-benar bisa di terapkan??
Ok, kalau ada yang mikir "Karena minoritas, kita harus cari yang benar-benar 'The One". Tapi kalau di telisik balik lagi, karena minoriotas itu pula, kita akan kehabisan stock kalau sekedar menggilir semua persediaan yang ada. Karena kita gak akan pernah tau sedetik kedepan segalanya akan seperti apa. Bisa baik, bisa pula buruk, semua tergantung bagaiaman hati kita menerima kehadiran seseorang.

Sama halnya dengan hari ini, gue ngeliat Bee di depan Notebooknya dengan wajah bengong bodohnya memandang sebuah profile di account FB-nya.

"Coba seandainya gue jadian sama Izar, ya? Sekarang dia sukses dan fabulous banget!", sesal Bee

"Izdar yang chubby dan kerja di toko retail itu? Yang anaknya baik itu kan??? " tanya gue yang di jawab anggukan kecil Bee.

"Dia punya toko sendiri sekarang. Dan liat deh, badannya jadi banget", Bee seperti nelangsa.

"Waktu gak bisa di beli, waktu cuma bisa dipelajari, Bee", bisik gue sambil mengelus pundak Bee.

"Kita gak pernah tau apa yang akan terjadi kedepan. Is he the Right one? gue juga gak bisa jawab dengan keyakinan 100%. Tapi gue percaya, hati akan membawa kita pada sosok sempurna justru dengan segala kekurangannya", lanjut gue tersenyum ke arah Bee.

Tuesday, January 19, 2010

Curtain's finally closing

"M, temenin gue ke pameran photo yuk?"

"Boleh, photographernya siapa?"

"A-aliff"
Ke' terdiam setelah menjawab itu.

"Dan lo dah get over it kan?"
Ke' masih saja diem tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Gue paham kok kalau lo masih punya perasaan seperti itu, Ke"

"Yahh, gak tau, M. Bingung. Tapi lo mau kan temenin gue?"
Gue mengangguk sambil meluk Ke'.

***

Sampailah kita di pameran photography tersebut. Dan kali ini bukan hanya gue dan Ke'. Tapi dengan anak-anak mertilang lainnya.

"Ehhh tuh si Alif", tunjuk Ki ke ujung kanan ruangan ini.

"Samperin gih, tunjukin kalau Lo fine without him"
Ke' yang baru saja mau melangkhakan kakinya, tiba-tiba...

"Anjrit, itu kan si Bardy"

"Bardy who?", tanya Bee.

"Bardy itu yang deket sama dia, Bee", jawab Ke'.

"Deket? pacar?", tanya Iko polos.

"What so ever namanya. Intinya tuh laki sekarang jadi gundiknya", jelas gue berapi-api.

"Gundik?", Iko kembali bertanya.

" Alif kan dah punya bini, yah apa lagi sebutan si Brady selain gundik?"

"Ohhhhh...i see..isee...", akhirnya Iko mencapai pada satu pemahaman yang sama.

Dan mata kita gak lepas memperhatikan setiap gerak gerik Alif, istrinya dan Bardy. Dan dengan keisengan tingkat wahid, Bee mengeluarkan DIGICAM barunya. Dan cLik..clik..clikk...semua terekam dalam gambar.

"Guys, cabut yukkk", ajak Ke'.

"Yakin??? kan ada mantan tersayang yang sampai detik ini masih cinta?", gurau Ki cengegesan.

"Basi lohh. Cabut yuk!", Ke' sebel mendengar becandaan Ki.

***

Sesampainya di mertilang, Bee langsung meng up load hasil mata kameranya. Dan dengan semangkok pop corn kita menganalisa semuanya.

"So how do you fee, Ke'?", tanya Gue.

"Hmmmm, lu bener, M!"

"Dulu gue gak pernah nyadar soal ini. Gue kesian ngeliat bininya"

"Thats the point, Ke'. Dulu gue coba kasih pandangan ke elo soal ini. Sah-sah aja sih lo macarin suami orang. Tapi, pernahkah kita berfikir sedetik aja? Berfikir bahwa ada orang lain menunggu di cintai dengan gtulus, yaitu istrinya", jelas gue.

"Tapi kalau dia terpaksa gimana, M?", tanya Iko.

"Booo, gak ada istilah kata terpaksa. Ya dan Tidak. Apapun alasan itu, lo gak berhak menarik hak hidup orang lain untuk nutupin masalah lo. Lo gak mikir kalau istrinya itu tulus mencintainya, tp apa yang di dapet? Eh suaminya masih aja kecimpringan sana sini sama laki-laki", lanjut gue.

"Iya sih, kok gue ngebayangin si istrinya hanya sebagai pemanis sosial aja. Taplak meja yang bersulam emas untuk menutupi rusaknya sebuah meja", timpal Bee.

"Karena itu, apakah layak cewek yang dengan tulus dan setia di perlakukan seperti itu??!! Perempuan-prempuan itu lebih berhak mendapatkan lebih dari sekedar pajangan sosial doang", gue ngoceh sambil mulut gue terus mengunyah pop corn.

"Lo milih, lo terima konsekwensinya. Lo gak bisa berada di garis abu-abu. Lo gak berhak swing both ways...jangan gila doongg booo!!", Bee dengan nada sinisnya.

"Hmm lo liat di sini, jelas-jelas dia gak menghargai perempuan. Heyyy, nyokap kita perempuan kan? kita punya saudara perempuan juga, kan? how does it feel kl kalian tau suami atau ayah dari perempuan terdekat kita ternyata memiliki gundik laki juga?", Bee mulai makin meracau.

"Apapun alasaanya, kita gak berhak memperlakukan perempuan seperti itu, kan M", Iko menimpali.
Gue tersenyum.

"Dan gue percaya, kalian bisa menentukan pilihan juga. Ikut masuk atau justru berada di luar lingkaran tatanan tersebut", lanjut gue.

"Sama halnya kita memilih menjadi Gay berbudi luhur atau gay berbulu domba..hahahahahah", Bee tertawa.


***

Kembali gue melihat photo yang di ambil Bee tadi. Sebuah foto yang memampang istrinya Alif-Alif dan Bardy dalam satu frame. Di sana terlihat tangan kanan Alih memegang erat tangan istrinya, sedangkan tangan kanannya merangkul pinggang Bardy.

Pffhiuhhhh...kadang kita terperangkap dalam sebuah pertunjukan yang membuat kita memaksa harus sempurna. Meski harus mengorbankan orang lain untuk sekedar menutupi ketidak sempurnaan kita. Mejadikan mereka sebuah pajangan manis sebagai mantel sosial kita. Yang dengan menakjubkannya memberikan sebuah tontonan betapa hebatnya peran kita di tengah sosial. Tanpa mereka tahu...ada jiwa yang terisak setiap malamnya. Tanpa mereka tahu, perasaan itu tak akan cukup untuk sekedar di belah menjadi dua bagian sama persis.

Gue hanya tersenyum dan seketika meng-klik tanda silang di ujung kanan untuk menutup photo tersebut. Sayup-sayup gue mendengar lagu Take a bow-nya Rihana megalun sendu...

But you put on quite a show, Really had me going
But now it's time to go, Curtain's finally closing
That was quite a show, Very entertaining

Oh, And the award for The best liar goes to you (goes to you)
For making me believe (that you), That you could be faithful to me
Let's hear your speech, Oh....

Saturday, January 02, 2010

Rumahku

"If you knew how lonely my life has been
And how long I've felt so low
If you knew how I wanted someone to come along
And change my life the way you've done"

Home...sebuah kata yang gue, lo, kalian semua sering dengar.

"Rumah = sebuah tempat dimana kita terasa hangat, nyaman dan sesaat bisa melepaskan segala penat "

Mungkin buat sebagian orang, Rumah adalah tempat kita berkumpul dan bercengkrama. Tempat di mana kita bertemu dengan orang yang kita cintai dan sayangi. Tempat di mana kita sejenak melangkah mundur, menarik nafas panjang sebelum siap kembali berjalan. Runah itu bernama keluarga.

Bicara soal keluarga, buat saya itu bukan lagi sekumpulan orang tua dan keluarga saya berada. Keluarga saya menjamur di mana-mana. Saat saya ada bersama dia, saat saya ada berada dengan teman, sahabat saya. Dan saat saya ada saat saya merasa secure dari jamahan sejuta masalah hidup. Dan mereka adalah orang-orang yang bisa menerima keberadaan saya dengan segala bentuk kesalahan dan keganjilan diri.

Mereka ada di sebuah tempat bernama rumah. Rumahku adalah, di mana hati kita selalu terpaut di dalamnya. Tanpa kondisi apapun, tanpa syarat apapun....

"Feels like home, Feels like I'm all the way back where
I come from. Feels like I'm all the way back where I belong "

Wednesday, December 30, 2009

L-0-V-E

....mereka seolah melupakan segala jenis perbedaan dan keganjilan yang ada. Jika untuk mencintai saja teramat begitu sulit, kenapa kita begitu judmental sekali. Bukankah cinta itu untuk di rasakan, bukan untuk di hakimi. Dan kali ini gue bisa mikir jernih kalau ternyata semua orang itu butuh sesorang untuk berbagi. Terlepas dari masalah orientasi sexual, religi, adat dan culture mereka.


Dan apa yang gue liat, gue makin mengamini itu, bahwa...




"Cinta itu ada buat kami yang mengamininya. Buat kita yang mempercayainya. Dan buat mereka yang dengan setia menanti kehadirannya. Karena cinta tak akan pergi, ia akan hadir di saat kita masih bisa tersenyum walau kadang tersakiti olehnya”

Monday, October 19, 2009

Kata tentang cinta

Katanya cinta tidak perlu di kondisikan untuk sekedar menjejak.
Katanya lagi, cinta itu kadang tak perlu tali untuk mengikatnya.
Dan katanya lagi, cinta itu cukup di rasakan untuk sekedar di pahami.


Tapi, di mana empat huruf itu di kala aku tidak menjejak, tidak memiliki tali dan di punya nalar untuk memahami.

Baca tulisan cinta berikutnya :



Widget by Hoctro
ditambahkan oleh koeaing!

Sapa Cinta


View My Stats

Gulungan film Favorit Rudy

Sabar lagi loading...
Sabar lagi loading...

Tak temukan cinta disini ? Kenapa tidak mencoba mesin cinta yang ini :

Google